Selasa, 04 Januari 2011

1. Peninggalan Sejarah hindu budha dan islam di indonesia

1. Peninggalan Sejarah dari Masa Hindu

a. Kerajaan Kutai

Kerajaan tertua di wilayah Nusantara adalah Kerajaan Kutai. Kerajaan ini terletak di wilayah Provinsi Kalimantan Timur, tepatnya di sebuah kota kecamatan yang bernama Muarakaman. Daerah ini yang merupakan daerah percabangan antara Sungai Mahakam dan Sungai Kedang Rantau. Kerajaan ini berdiri pada tahun 400 Masehi.

Peninggalan sejarah yang membuktikan Kerajaan Kutai sebagai kerajaan Hindu pertama adalah ditemukannya prasasti berbentuk Yupa menggunakan bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa.

Yupa adalah tiang batu pengikat hewan korban untuk dipersembahkan kepada Dewa.

Beberapa peninggalan kerajaan Kutai:

1) tujuh buah Yupa yang ditemukan di daerah sekitar Muarakaman;

2) kalung Cina yang terbuat dari emas;

3) satu arca Bulus;

4) dua belas arca batu;

Dari peninggalan prasasti, diketahui bahwa Kudungga adalah raja Kutai yang pertama. Raja Kudungga digantikan oleh putranya yang pertama bernama Aswawarman, kemudian digantikan oleh Raja Mulawarman.

Pada masa pemerintahan Mulawarman, Kerajaan Kutai berkembang pesat sebagai pemeluk agama Hindu yang taat. Beliau menyembah Dewa Syiwa, sedangkan dalam suatu upacara menghadiahkan 20.000 ribu ekor sapi kepada Brahmana. Peristiwa ini ditandai dengan berdirinya sebuah Yupa.

Raja Mulawarman dikenal sebagai raja yang bijaksana. Rakyatnya hidup sejahtera dan makmur.

b. Kerajaan Tarumanegara

Kerajaan Tarumanegara terletak di daerah Bogor Provinsi Jawa Barat. Kerajaan ini berdiri tahun 450 Masehi. Dapat dikatakan bahwa Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan Hindu pertama di Jawa. Wilayah kekuasaannya meliputi Sunda Kelapa (Jakarta), Bogor, Bekasi, Karawang, dan Banten.

Peninggalan Kerajaan Tarumanegara antara lain:

1) Prasasti Ciaruteun,

2) Prasasti Pasir Koleangkak,

3) Prasasti Kebun Kopi,

4) Prasasti Tugu,

5) Prasasti Pasir Awi,

6) Prasasti Muara Cianten,

7) Prasasti Cidanghiang,

8) Arca Rajasi,

9) Arca Wisnu Cibuaya I,

10) Arca Wisnu Cibuaya II.

Peninggalan prasasti tersebut menggunakan bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa. Pada Prasasti Ciaruteun menggambarkan jejak telapak kaki Dewa Wisnu, sedangkan Prasasti Tugu menceritakan cara pemerintahan yang teratur.

Purnawarman adalah raja yang terkenal dari Tarumanegara. Beliau pemeluk agama Hindu dan menyembah Dewa Wisnu. Pada masa pemerintahannya, ia berhasil membuat saluran air untuk pertanian dan mencegah banjir. Mata pencarian rakyat dari pertanian, perikanan dan perdagangan sehingga rakyat dapat hidup dengan makmur.

c. Kerajaan Bali

Kerajaan Bali didirikan oleh Dinasti Warmadewa. Pusat kerajaan diperkirakan sekitar daerah Tampak Siring dan Pejeng (sesuai keterangan pada prasasti dan lontar Bali).

Raja yang terkenal di Bali berasal dari Dinasti Warmadewa, yaitu Raja Sri Candrabayasinga (tahun 959 M-989 M), Raja Udayana, dan Raja Anak Wungsu (1049 M-1077 M).

Saat Dinasti Warmadewa berkuasa, agama pertama yang berkembang di Bali adalah Budha. Akan tetapi selanjutnya, rakyat Bali memeluk agama Hindu.

Masa kekuasaan Kerajaan Bali berakhir pada saat rajanya Sri Astasura Ratna Bhumi Banten ditaklukan oleh Gajah Mada dari Majapahit tahun 1430 M.

Peninggalan-peninggalan Kerajaan Bali antara lain:

1) Prasasti Berangka tahun 882 Masehi;

2) Prasasti tahun 896 Masehi;

3) Tugu Sanur, berangka tahun 914 masehi.

d. Kerajaan Pajajaran

Kerajaan Pajajaran berdiri pada tahun 1333 Masehi. Pertama kalinya, kerajaan ini terletak di daerah Pakuan Bogor kemudian dipindahkan ke daerah Kawali Ciamis.

Raja yang berkuasa dan berpengaruh, antara lain Sri Jaya Bhupati. Pusat pemerintahannya di Kawali (Ciamis). Sri Baduga Maharaja dikenal dengan sebutan Ratu Naji pemerintahannya di Pakuan Pajajaran, dipindahkan ke Bogor. Selanjutnya, Sri Ratu Jaya Dewata atau Prabu Siliwangi (tahun 1482 M-1521 M).

Peninggalan Kerajaan Pajajaran antara lain:

1) Prasasti Rakyan Juru Panghambat (923 M),

2) Prasasti Horren,

3) Prasasti Citati Cibadak (1030 M),

4) Prasasti Astana Gede,

5) Prasasti Batutulis Bogor (1333 M).

2. Peninggalan Sejarah dari Masa Budha

a. Kerajaan Kalingga

Kerajaan Kalingga berdiri sekitar abad 6 Masehi di daerah Jawa Tengah. Kerajaan ini dipimpin oleh seorang ratu bernama Ratu Sima.

Peninggalan-peninggalan Kerajaan Kalingga, antara lain Prasasti Tuk Mas yang ditemukan di Desa Dakawu di Lereng Gunung Merbabu Jawa Tengah bagian utara. Prasasti yang bertuliskan tahun 650 M ditulis dalam huruf Pallawa dan memekai bahasa Sanskerta.

b. Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya berdiri sekitar abad ke-7 Masehi. Letaknya di Muara Takus (sekarang daerah Riau), tepatnya pada pertemuan dua aliran sungai, yaitu Sungai Kampar Kanan dan Sungai Kampar Kiri. Palembang merupakan pusat kerajaannya. Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaan pada saat diperintah oleh Balaputradewa yang merupakan putra dari Samaratungga yang berasal dari Jawa, sekitar abad ke-9.

Pada mulanya, Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan sungai kemudian mengadakan perluasan kekuasaan. Perluasan ini dimaksudkan untuk menguasai perdagangan. Hal ini bisa dilihat dari daerah-daerah yang ramai. Daerah pusat perdagangan yang berhasil dikuasainya antara lain daerah Tulang Bawang, Kedah, Pulau Bangka, Jambi, Genting Kra, dan Jawa Tengah (Kalingga dan Mataram).

Dalam upaya memperluas serta mempertahankan wilayah kekuasaannya, Sriwijaya membentuk armada laut yang kuat. Hampir seluruh Pulau Sumatra, Jawa Barat, Kalimantan Barat dan selat Sunda dapat dikuasai. Oleh karena itu, Sriwijaya disebut sebagai kerajaan Nusantara yang pertama.

Wilayah kekuasaan luas, didukung letak Sriwijaya yang menjadi pusat pertemuan antara pedagang dari India dan China, menjadikan kemajuan bagi rakyat. Oleh sebab itu, kegiatan perdagangan dan pelayaran menjadi mata pencarian utama yang menjadikan Sriwijaya sebagai Kerajaan Maritim.

Sriwijaya dikenal pula sebagai pusat pendidikan dan penyebaran agama Budha di Asia Tenggara. Tidak terbatas penduduknya yang mempelajari bahasa Sanskerta dan agama Budha. Bahkan pendeta dari China yang bernama I-tsing tahun 685 M menetap di Sriwijaya. Mahaguru ilmu agama Budha yang berasal dari India, yaitu Sakhyakirti dan Dharmapala turut mengajarkan agama Budha. Banyak pula pemuda dari Sriwijaya yang memperdalam ilmunya di Nalanda (India).

Kebesaran Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran, karena serangan Raja Colamanda dari India Selatan tahun 1025 M. Tahun 1275 M, Singasari menyerbu Sriwijaya. Selanjutnya tahun 1377, Sriwijaya diserbu Majapahit. Sejak masa itu, riwayat Kerajaan Sriwijaya berakhir.

Peninggaln-peninggalan Kerajaan Sriwijaya antara lain:

1) Prasasti Kedukan Bukit (684 M),

2) Prasasti Talang Tuo (684 M),

3) Prasasti Kota Kapur (686 M),

4) Prasasti Karang Berahi (686 M).

3. Peninggalan sejarah dari Masa Hindu-Budha

a. Kerajaan Mataran Kuno

Kerajaan ini terletak di daerah Jawa Tengah dan berdiri pada abad ke-8. Kerajaan ini diperintah oleh raja-raja dari Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu dan Dinasti Syailendra yang beragama Budha.

Peninggalan-peninggalan Kerajaan Mataram Kuno antara lain sebagai berikut.

1) Dinasti Sanjaya

a) Prasasti Canggal (732 M) ditemukan di Gunung Wukir di Desa Canggal, isinya memperingati pembuatan lingga di desa Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya;

b) Prasasti Mantyasih (907 m) dan Prasasti Wanua Tengah III (908 M), isinya raja-raja yang memerintsh dari dinasti Sanjaya.

2) Dinasti Syailendra

a) Prasasti Sojomerto, isinya menyebutkan sesseorang bernama Syailendra yang beragama Budha;

b) Prasasti Sangkhara, isinya menerangkan Raja Rakai Panangkaran telah berpindah agama dari Hindu menjadi Budha;

c) Prasasti Kalasan (778 M), isisnya seorang raja dari Dinasti Sanjaya berhasil membujuk Raja Rakai Panangkaran dari Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu untuk membangun sebuah bangunan suci bagi Dewi Tara dan sebuah vihara untuk para Bikhu di Kalasan;

d) Prasasti Klurak (728 M), isinya tentang pembuatan arca Manjusri sebagai wujud dari Budha, Wisnu dan Sanggha yang disamakan dengan Trimurti yaitu Brahmana, Wisnu dan Siwa;

e) Prasasti Ratu Boko (856 M), isinya kekalahan Balaputradewa dalam perang dengan kakak iparnya Rakai Pikatan.

b. Kerajaan Medang Kamulan

Kerajaan ini merupakan kelanjutan dari Kerajaan Mataram Kuno. Namun, letak Kerajaan Medang Kamulan berada di daerah Jawa Timur, tepatnya di daerah Muara Sungai Brantas. Wilayah kekuasaannya meliputi daerah Nganjuk sebelah barat dan Pasuruan sebelah selatan serta selanjutnya hampir mencangkup seluruh Jawa Timur.

Peninggalan-peninggalan Kerajaan Medang Kamulan antara lain:

1) Prasasti Tangeran (933 m0, isinya Mpu Sindok memerintah bersama permaisurinya Sri Wardhani;

2) Prasasti Bangil, isinya Mpu Sindok memerintahkan pembangunan candi untuk temapt peristirahatan mertuanya yang bernama Rakyan Bawang;

3) Prasasti Lor (939 M), isinya Mpu Sindok memerintahkan membangun Candi Jayamrata dan Jayamstambho di Desa Anyok Lodang;

4) Prasasti Kalkuta, isinya tentang peristiwa hancurnya istana milik Dharmawangsa juga memuat silsilah raja-raja Medang Kamulan.

c. Kerajaan Kediri

Kerajaan Kediri didirikan tahun 1041 Masehi. Kerajaan ini merupakan kelanjutan dari Kerajaan Medang Kamulan yang letaknya di bagian barat Jawa Timur. Kerajaan ini dibagi menjadi 2 bagian, yakni Kerajaan Kediri (Panjalu) dengan pusat pemerintahan di Dhaha dan Kerajaan Jenggala dengan pusat pemerintahan di Kahuripan. Kedua kerajaan ini dibatasi oleh Gunung Kawi dan Sungai Brantas.

Peninggalan-peninggalan kerajaan ini antara lain:

1) Prasasti Malengga (1052 M), isinya Garasakan telah mengalahkan musuhnya yang bernama Linggajaya dan mengusirnya dari istana Tanjung;

2) Tiga prasasti Garasakan lainnya (1052 M), isinya tentang lambing kerajaan, yakni Garudhamuka;

3) Prasasti sirah Keting (1104 M), isinya pemberian hadiah tanah oleh Raja Jayabhaya pada Desa Ngantang;

4) Prasasti Jaring (1181 M), memuat nama pejabat dengan nama hewan;

5) Prasasti Kamulan (1194 M), isinya tentang kemenangan Kertaraharja atas musuhnya yang mengganggu istana Katang-Katang.

d. Kerajaan Singasari

Kerajaan Singasari didirikan tahun 1222 Masehi. Letaknya di sebelah timur Gunung kawi, Jawa Timur, tepatnya di Desa Ganter.

Peninggalan-peninggalan kerajaan ini antara lain:

1) Prasasti Mula Malurung (1255 M), isinya pengukuhan Desa Mula dan Desa Malurung menjadi Desa Sima (daerah Swatantra) untuk sang Pranajaya beserta keturunannya yang telah berjasa kepada raja;

2) Prasasti Kragan (1256 M);

3) Prasasti Maribong (1264 M) hanya berupa satu lempengan saja;

4) Prasasti Sarwadharma (1269 M), isinya rakyat Sarwadharma menghadap raja dan memohon agar daerah mereka dibebaskan dari wilayah Thambola sehingga menjadi daerah Sima.

e. Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit terletak di bagian hilir Sungai Brantas. Peninggalan-peninggalan kerajaan ini antara lain sebagai berikut.

1) Candi:

a) Penataran;

b) Sawentar;

c) Sumberjati.

2) Prasasti Butak (1294 M), isinya tentang keruntuhan Kerajaan singasari dan perjuangan Raden wijaya mendirikan Majapahit.

3) Kitab-kitab kuno, antara lain Pararaton dan kitab Negarakertagama.

4. Peninggalan Sejarah dari Masa Islam

Masuknya agama Islam di wilayah Nusantara dilakukan melalui jalur perdagangan yang berasal dari berbagai negara, antara lain dari Persia, Arab, Mesir, dan Gujarat (India). Dengan masuknya pengaruh budaya dan agama Islam telah melahirkan kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara. Kerajaan-kerajaan Islam itu biasa disebut kesultanan.

a. Kesultanan Samudra Pasai

Sekitar abad ke-13 agama Islam masuk ke Indonesia. Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di wilayah Nusantara yang terletak di ujung Pulau Sumatra berdekatan dengan Selat Malaka. Kesultanan ini berdiri sekitar abad ke-13 (1285 M).

Dahulu Kerajaan Samudra Pasai menjadi tempat berttemu pedagang dari Persia, Arab dan India sehingga mata pencarian utama rakyat adalah pelayaran dan perdagangan.

Sultan Malik Al Saleh adalah raja yang pertama memeluk agama Islam. Selain itu, dikenal pula putranya yang bernama Sultan Malik Al Tahir.

Kerajaan Samudra Pasai pada masa pemerintahan Sultan Zaenal Abidin mendapat serangan dari Majapahit tahun 1361 M. Kekuasaanya semakin pudar pada awal abad ke-15 bersamaan dengan berkembang pesat Kesultanan Malaka. Peninggalan sejarahnya antara lain sejumlah batu nisan (Prasasti Nisan) Sultan Malik (1297M/696 H).

b. Kesultanan Malaka

Sebelum abad ke-15, Malaka adalah sebuah kampung nelayan. Namun setelah adanya kemunduran Kesultanan Samudra Pasai, Malaka berkembang pesat hingga menjadi kerajaan Islam yang besar. Raja pertama Kerajaan Malaka adalah Sultan Iskandar Syah, seorang bangsawan yang bersal dari Majapahit.

Karena letaknya yang strategis, Malaka sangat ramai dikunjungi para pedagang dari Barat dan Timur. Oleh karena itu, Malaka menjadi kota dagang yang terkenal di Asia Tenggara.

c. Kesultanan Aceh

Kesultanan Aceh didirikan tahun 1514 M, terletak di tepi Selat Malaka. Pusat kerajaan di Kutaraja (sekarang Banda Aceh). Raja Aceh yang pertama Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1528 M). Kerajaan Islam ini mulai berkembang setelah kesultanan Malaka dikuasai oleh bangsa Portugis dan para pedagang Islam tidak datang lagi ke Malaka. Selain menjadi pusat perdagangan, Kesultanan Aceh juga menjadi pusat penyebaran agama Islam.

Pada masa itu, Aceh memilki banyak pujangga terkenal, di antaranya Hamzah Fanzuri dan Syekh Abdurrauf Singkel yang pertama menerjemahkan Alquran ke dalam bahasa Melayu. Kesultanan Aceh mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sulatan Iskandar Muda.

d. Kesultanan Demak

Kesultanan Demak berdiri pada rahun 1500 M dan merupakan kesultanan Islam pertama di Pulau Jawa. Pendirinya adalah Raden Fatah. Ksultanan ini memiliki peranan besar dalam penyebarab agama Islam di Indonesia. Selain itu, Kesultanan Demak memilki peranan penting dalam bidang perekonomian, yaitu pada kegiatan pelayaran dan perdagangan.

e. Kesultanan Banten

Kesultanan Banten berdiri sekitar tahun 1568 M. Sultan Hasanuddin merupakan sultan pertama. Dalam masa pemerintahannya, Banten mengalami kemajuan pesat. Banyak pedagang, baik dari Indonesia maupun dari negara lain datang ke Pelabuhan Banten dan Sunda Kelapa. Waktu itu, kedua pelabuhan tersebut memang dikuasai oleh kesultanan Banten.

Pelabuhan Sunda Kelapa berhasil dikuasai oleh pasukan Fatahilah pada 22 Juni 1527 dari Portugis. Nama Sunda Kelapa diubah menjadi Jayakarta (berarti Kota Kenangan). Sampai saat ini tanggal 22 Juni diperingati sebagai hari ulang tahun Kota Jakarta.

f. Kesultanan Gowa Tallo

Gowa dan Tallo awalnya dua kerajaan Islam yang bersaudara, tetapi saling saling bermusuhan. Pada abad ke-16, kedua kerajaan ini dapat disatukan melalui suatu perjanjian yang disebut Rua Kara Eng Se’re at yang artinya dua raja seorang hamba. Kerajaan baru itu bernama Kesultanan Gowa Tallo. Kesultanan Gowa Tallo merupakan kerajaan Islam pertama di Sulawesi. Kesultanan ini sering disebut Kerajaan Makassar yang sebenarnya merupakan ibu kota kerajaan.

Kerajaan ini giat menyebarkan agama Islam dan melakukan perlawanan terhadap monopoli perdagangan Belanda. Salah satu raja yang berani menentang Belanda adalah Sultan Hasanuddin, sehingga dikenal dengan sebutan Ayam Jantan dari Timur.

Karena pengkhianatan putra mahkota Kerajaan Bone, yaitu Aru Palaka yang berpihak pada Belanda, maka Sultan Hasanuddin dapat dikalahkan. Ia dipaksa menandatangani Perjanjian Bongaya (18 November 19667 M).

g. Kesultanan Ternate dan Tidore

Kesultanan Ternate berdiri sekitar abad ke-13 di Maluku Utara dengaan ibu kota di Sampalu. Kesultanan Ternate mendapat pengaruh Islam dari para pedagang Jawa dan Melayu. Bahkan, Raja Ternate belajar membaca dan menulis huruf Arab dalam Alquran dari Maulana Husayu (raja dari Jawa). Kesultanan Ternate mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Baabullah.

Kerajaan Islam lainnya di Maluku adalah Kesultanan Tidore. Raja yang terkenal dari Tidore adalah Sultan Nuku. Kesultanan Tidore dan Ternate sama-sama penghasil cengkeh terbesar di Nusantara. Kedua kesultanan ini hidup damai berdampingan.

5. Peninggalan Sejarah yang Bercorak Islam

Berbagai peninggalan sejarah yang bercorak Islam sampai sekarang terawatt baik dan dapat ditemui di berbagai tempat. Adapun peninggalan sejrah yang bercorak Islam tersebut antara lain sebagai berikut.

a. Mesjid

Mesjid adalah tempat beribadah bagi pemeluk agama Islam. Ciri-ciri mesjid adalah sebagai berikut.

1) atapnya berbentuk atap tumpang, yaitu atap yang bersusun semakin ke atas makin mengecil; tingkatan yang paling atas berbentul limas; pada puncaknya terdapat mustaka (penutup puncak);

2) terdapat menara yang berfungsi untuk mengumandangkan adzan;

3) biasanya berada di ibu kota atau tempat kedududkan para pembesar kerajaan;

4) di dalam kompleks mesjid biasanya terdapat kolam untuk berwudhu;

5) pintu gerbangnya dilengkapi dengan gapura seperti keratin atau candi.

b. Pesantren

Pusat pendidikan agama sejak Islam masuk ke Indonesia sampai sekarang dikenal dengan nama pesantren. Dahulu, lembaga ini dikenal sebagai temapt anak-anak Indonesia menimba ilmu pengetahuan agama Islam. Di dalam kehidupan pesantren, seluruh peserta didiknya diasramakan. Diajarkan pula beberapa keterampilan untuk bekal hidup di masyarakat. Peserta didiknya disebut santri.

Para santri belajar dalam jangka waktu tertentu. Jika sudah mampu mengamalkan ilmunya, para santri dapat kembali ke daerah asal masing-masing.

c. Makam

Makam adalah tempat untuk menguburkan orang yang sudah meninggal dunia. Makam dibangun sesuai dengan kedudukan orang yang meninggal. Makam raja biasa dibangun layaknya sebuah istana. Makam sunan dilengkapi dengan mesjid, misalnya makam Sunan Kudus dan mesjid Kudus.

d. Keraton

Kerato adalah bangunan yang khas untuk kediaman para raja dan keluarganya.

e. Tradisi Agama

Pertunjukan kesenian, budaya dan tradisi agama Islam yang berkembang di seluruh Indonesia, antara lain sebagai berikut.

1) seni tari, seperti tarian saman, tarian seudati, tarian zapin, tarian rudat dan tarian hadrah;

2) seni musik rebana, orkes gambus, dan samrah;

3) adat istiadat, seperti pakaian ala pengantin Betawi, yaitu siangko bercadar;

4) upacara adat: di daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta terdapat Upacara Sekatenan, dalam memperingati tahun baru Islam; Upacara Gerebeg Mulud dikaitkan dengan peringatan kelahiran Nabi Muhammad saw.

f. Kaligrafi

Kaligrafi adalah tulisan yang menggunakan huruf Arab yang dibuat sangat indah. Kaligrafi dapat dibuat dalam bentuk manusia dan makhluk hidup lainnya. Seni kaligrafi banyak terdapat pada dinding mesjid, mimbar, menara dan nisan kubur. Misalnya kaligrafi yang terdapat di batu nisan makam Ratu Nahrasiyah dari Kesultanan Samudra Pasai.